Senin, 27 Oktober 2014

Whatever... I Love Indonesia!

I don't know about you tapi menjadi bagian dari kirab pelantikan Jokowi-JK minggu lalu membuat saya merasa very proud to be Indonesian. Dengan semangat Sumpah Pemuda, yuk participate untuk Indonesia yang lebih baik..
 

1. Rupiah (IDR)
Kalau ada uang lebih, better pegang dalam bentuk Rupiah daripada dalam mata uang asing seperti USD. Why? Mengingat bahan baku import masih mendominasi produk dalam negeri, ketika IDR is stronger than USD, harga-harga akan turun dan daya beli kita jadi naik. Dengan kata lain, kita membantu mengendalikan inflasi. Cool, right?

2. Belanja produk lokal

Saya termasuk penggemar brand import untuk anything fashion tapi untuk kebutuhan sehari-hari saya prefer belanja produk lokal di pasar tradisional. Ingat krisis ekonomi di 1998? It’s sucks, right? Ternyata hanya dengan belanja produk Indonesia kita sudah ikut memperkuat pasar domestik dan bisa avoid krisis ekonomi. So simple and yet so powerful, ya!

3. Investasi
Kita semua tahu bahwa berinvestasi adalah cara untuk mengembangkan uang kita tapi do you know itu juga menunjukkan tingkat confident kita terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia? Karena Indonesia masih butuh foreign direct investments untuk membiayai pembangunan, yuk invest more biar FDI tetap melirik Indonesia..

4. Bahasa
Indonesia diprediksi bakal jadi pilar ekonomi dunia di tahun 2030, so instead of kita yang sibuk belajar bahasa asing I think foreigners yang seharusnya belajar bahasa Indonesia. Kalau bangsa Prancis dan China aja bisa, kenapa kita nggak bisa?

Quoting John F Kennedy, "Jangan tanya apa yang negara bisa lakukan untuk kita. Tanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk negara kita"..



Selamat Hari Sumpah Pemuda.. :)

Rabu, 15 Oktober 2014

Battle of the Sexes..

Kita semua pasti familiar dengan buku 'Men Are from Mars, Women Are from Venus'. Alasan buku itu sangat popular adalah karena pria and wanita memang melihat things dengan cara yang berbeda. Lucky for us, when it comes to money, itu hanya masalah persepsi.. 


1. Seperti pria, wanita sebenarnya juga melihat things in a big picture, loh! Bedanya, wanita seringkali terlalu sibuk dengan day-to-day finance. Blame it on the traditional thinking!
 
2. Dalam berinvestasi, it's true kalau pria cenderung lebih berani mengambil resiko daripada wanita. Alasannya bukan karena wanita nggak bisa ambil resiko tapi mereka lebih cautious aja. 


3. Wanita lebih punya disiplin finansial daripada pria. It's time to make a new habits, guys! Ini adalah kunci untuk achieve your financial goals


4. Generally, wanita hidup lebih lama dari pria. Ini berarti saat masa pensiun nanti wanita akan lebih ter-expose to higher financial risk daripada pria, seperti dana pensiun yang tidak memadai. Let's invest more, ladies!


5. Baik pria dan wanita pada dasarnya menginginkan hal yang sama: Secure financial future. Pastinya kita semua tidak ada yang ingin membebani anak atau cucu saat tua nanti, kan?


So, no more argument ya. Yuk mulai ngobrol dengan pasangan and emphasize each other strength..


Happy Planning!!.. :)

My Big Happy Family..

Di Indonesia, menjalani multi-generational household bukanlah sesuatu yang aneh. Seringkali kita melihat dalam satu rumah ada grandparents + anak (kita) + cucu (anak kita), atau walaupun tinggal terpisah tetap terkait secara finansial. Dan kalau nggak di-treat carefully, this is like a ticking bomb.


Ini beberapa steps yang bisa kita lakukan to minimize possibility yang tidak diinginkan:

Step 1: Help ourselves first. Jangan sampai niat baik kita untuk membantu akhirnya membuat kita menjadi yang perlu dibantu.
1. Tentukan minimum kebutuhan hidup keluarga kecil kita sebelum menentukan berapa yang bisa kita share dengan keluarga besar. 
2. Pastikan kita well-insured baik secara pribadi maupun aset lainnya seperti rumah dan mobil. Remember, there's no such thing as over-insured!
3. Secure our financial independence! Untuk memastikan retirement plan kita memadai, check out my article di http://www.dailysylvia.com/2014/05/22/siapkan-dana-hari-tua-sejak-muda/


Step 2: Making it work
1. Communicate! Money is a sensitive matter, so, sebaiknya dibahas secara terbuka untuk mendapatkan arrangements terbaik. Seperti siapa bertanggung jawab untuk apa.
2. Encourage setiap anggota keluarga (termasuk anak) untuk punya financial plan. Bisa dimulai dengan membuat budget mingguan. Stick with it, ya..
3. It's always a good idea untuk punya Plan B seperti memastikan adanya dana darurat yang memadai.

 

For me, selalu lebih baik mencegah daripada mengobati..
Happy Planning!.. :)

 

Confession of a Shopping Lover..

Shopping dan perempuan adalah sesuatu yang sulit untuk dipisahkan. Kalau kita nggak berhati-hati, ini bisa masuk kategori financial bad habit, loh! Dan sebagai seorang shopping lover myself, this is my tips biar kita semua jadi smart spender:


1. Cash is Queen! Ketika belanja terutama untuk yang non-essential, pastikan selalu bayar dengan cash. Biar lebih terkontrol, batasin dengan cash yang ada di dompet. Yap, I'm serious ladies!

2. Worth the penny. Pastikan barang yang kita beli not overpriced. How about branded items? It's OK kok beli branded items selama memang ada kemampuan. Besides, it usually berkualitas di atas rata-rata dan lebih tahan lama.

3. Mau beli that sexy shoes? You can tapi tunggu 3 hari lagi ya and see apakah masih ada keinginan untuk beli. Ini adalah trik untuk mengontrol impulsive spending..

4. Check your closet! Jangan sampai pas sampai rumah baru tahu kalau we have it in a different color. Kalau ini terjadi, udah saatnya kita re-thinking kebiasaan shopping kita.

5. Shops around - Ini adalah salah satu good habits yang mesti kita punya. Kalau kita suka banget merawat diri, yuk mulai cobain semua salon di area rumah. It would be fun!

Let's be smart and happy spending, Ladies!.. :)

Senin, 13 Oktober 2014

Yap! I Love Myself...

Setiap orang punya ide yang berbeda mengenai kekayaan dan buat saya, kesehatan adalah kekayaan yang utama. The thing is, karena kesibukan, saya sering lupa menjaga kesehatan dan juga lupa akan resiko finansial yang bisa terjadi yaitu hasil kerja saat ini habis untuk mendapatkan kesehatan saya kembali.


Sebagai bagian dari pengelolaan resiko, beberapa tahun lalu saya membeli asuransi kesehatan pribadi. Dan ini yang saya pelajari:


1.
Kenali kebutuhan. Apapun kata orang, hanya kita yang tahu kebutuhan yang ada. Caranya? Tentukan prioritas kita. Bagaimanapun, prioritas orang single pasti beda dong sama yang sudah menikah dan punya anak.

2.
Kenali produk asuransi yang ada. Jangan sampai niatnya beli asuransi buat proteksi saat ini - seperti riders asuransi kesehatan - tapi manfaat justru baru akan keluar ketika kita sudah meninggal (asuransi jiwa).

3. Be honest! Some say, ini bisa bikin proses approval aplikasi kita jadi ribet atau bahkan nggak disetujui. Tapi kalau dipikir-pikir, lebih baik ribet di awal dengan  medical check-up, dll daripada ribet atau ditolak saat mengajukan klaim karena dianggap menyembunyikan fakta. It happens, loh!

4.
Know your Agent, ya. Pastikan Agen asuransi kita masih akan ada 10-20 tahun dari sekarang karena polis asuransi adalah kontrak jangka panjang. Keberadaan Agen bisa mempermudah proses ketika kita mau tambah polis, ada klaim dan issue lainnya yang berhubungan dengan polis. 


5.
Buat daftar polis asuransi yang ada dan share dengan anggota keluarga. Klaim asuransi ada batas waktunya dan kalau cuman kita yang tahu, bisa-bisa keluarga terlambat klaim. Sayang  kan? Also, simpan polis di tempat yang gampang di akses anggota keluarga ya.

Yuk, tunggu apa lagi? Mengelola resiko pribadi adalah salah satu cara untuk mencapai kebebasan finansial, loh!..  



Happy Planning!.. :)

Rabu, 08 Oktober 2014

I Love You too, Hon...

Disadari atau tidak, semakin banyak pasangan menikah yang berpisah karena kondisi keuangan yang dimiliki. The interesting is, beberapa dari mereka sebenarnya cukup aman secara finansial tapi punya habits yang berbeda di dalam menyikapi uang.


Agar hubungan kita dengan pasangan tambah solid, ini beberapa hal yang perlu dilakukan:
 
1. Lakukan diskusi terbuka mengenai uang. Bicarakan kekhawatiran dan mimpi kita dengan pasangan. Terkadang kita berpikir tidak ingin membebani pasangan padahal kan belum tentu pasangan akan merasa terbebani.


2. Manfaatkan perbedaan yang ada. Kalau kita suka belanja sedangkan pasangan suka menabung, biarkan diri masing-masing bertanggung jawab untuk hal tersebut dalam pengelolaan keuangan keluarga.


3. Joint accounts, masing-masing atau keduanya? Semuanya OK tergantung yang kita mau. Walaupun untuk pengeluaran wajib, joint account sebenarnya lebih praktis dan bisa dijadikan sebagai alat untuk mengontrol unnecessary expenses..


4. Ciptakan peace of mind dengan memastikan kita dan pasangan sudah memiliki asuransi yang cukup. Apapun pemikiran kita tentang asuransi, anggap ini sebagai sign of love. Katakanlah sesuatu terjadi sama kita saat ini di mana cicilan rumah belum lunas, uang asuransi ini bisa bantu keluarga untuk keep the house..  


5. Hutangmu adalah hutangku. Tentukan bersama-sama batas maksimum hutang dan samakan persepsi akan bad debt. Kalau kebiasaan kita pakai kartu kredit to the max dianggap sebagai kebiasaan buruk, jangan ragu untuk gunting semuanya kecuali satu. 

6. Kamu risk takers, saya risk averse. Cari instrumen investasi dengan jenis resiko yang sesuai dengan tujuan keuangan keluarga dan jangka waktunya. Karena ini menyangkut masa depan keluarga, take your time!


Yuk kita tunjukkin how much we love our spouse..



Happy Planning!.. :)

Selasa, 07 Oktober 2014

Raising Financial Savvy Kids..

Satu hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan finansial adalah cara mengelola keuangan.
Seperti halnya good manners, mengelola uang adalah sebuah habits. Yuk, kita tambah financial habits biar anak dan ponakan juga cerdas secara finansial.. :)

 
TIPS:
1. Jangan ragu untuk
ngobrol tentang uang sejak anak dan ponakan masih usia kecil (5 tahun). Simple stuff aja, ya seperti kalau dapat angpao Lebaran mau beli mainan apa.

2. Agar anak dan ponakan paham tentang
value of money, usahain untuk selalu membayar dengan cash ketika berbelanja dengan mereka. Proses perpindahan uang secara visual adalah cara efektif agar mereka aware bahwa membeli sesuatu = jumlah uang berkurang.
 
3. Allowance adalah cara agar anak dan ponakan belajar tentang budgeting. Kasih dalam jumlah terbatas, ya. Buat yang SD, ajarin untuk membaginya dalam 3 celengan: Savings, Spending dan Charity. Untuk yang lebih besar, bisa mulai dikenalin dengan tabungan Junior di Bank.

4. Saat menolak membelikan sesuatu, jangan bilang nggak punya uang, ya. Ini bisa bikin anak dan ponakan stress karena berpikir kita miskin. Cara terbaik adalah dengan mendiskusikan tentang konsep wants dan needs.

5. Agar anak dan ponakan belajar tentang tanggung jawab finansial, avoid ngasih tambahan ya kalau allowance nggak cukup. Apalagi pinjaman. Biarkan mereka belajar dari kesalahan yang ada dan sebagai konsekuensinya menunggu untuk mendapatkan yang diinginkan.
 
Let’s keep in mind bahwa hadiah terbesar yang bisa kita berikan pada the young ones adalah  roots of responsibility dan wings of independence..
 
 
 
Happy Planning!