Minggu, 21 Februari 2016

Taking the Leap..

Beberapa bulan terakhir ini ada beberapa kenalan yang mengambil paket pensiun dini dan berencana untuk memulai bisnis. Sebagai seorang mantan pegawai yang saat ini sedang menjalankan usaha sendiri, proses yang saya jalani memang menyenangkan tetapi tidaklah semudah yang dibayangkan.. 
  • Mulailah dengan sesuatu yang sudah kita tahu. Tidak perlu langsung membangun pabrik atau membeli lahan 10 hektar walaupun kita mampu. Bagaimanapun menjadi pelaku usaha juga tentang memiliki keterampilan manajemen, keahlian industri, keterampilan teknis dan pastinya mendapatkan pembeli.   
  • Saat baru memulai usaha, saya berpikir bekerjasama dengan satu atau lebih mitra dapat membuat proses lebih mudah. Dua kepala lebih baik dari satu kan, ya? Pastikan kita bisa berkomunikasi secara terbuka sehingga opini, ide dan ekspektasi dapat tersampaikan dengan baik. Saya pribadi hingga saat ini belum menemukan partner yang tepat. Tantangan yang dihadapi termasuk prioritas dan tingkat komitmen yang berbeda. 
  • Tidak semua jenis usaha membutuhkan modal tetapi jika iya, untuk modal awal paling praktis adalah dengan memakai uang sendiri. Memang ada alternatif pendanaan seperti KTA (kredit tanpa agunan) tetapi bunga pinjaman efektif yang mencapai 20-40% per tahun bisa-bisa malah membuat kita kewalahan untuk membayar cicilannya. Kabar baiknya adalah ketika bisnis sudah berjalan 6 bulan dan perlu modal tambahan, kita bisa coba mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bunga pinjaman efektifnya hanya 9% per tahun.
  • Bedakan antara rekening usaha dengan rekening pribadi. Kalau perlu, punya 2 dompet yang berbeda dan masing-masing diisi dengan kartu ATM dan kartu kredit. Selain mempermudah pencatatan pengeluaran, hal ini juga cara bagi kita untuk belajar disiplin finansial sebagai pelaku usaha. Fyi, mengetahui dengan pasti pengeluaran bisnis yang perlu dan tidak perlu adalah salah satu cara untuk meningkatkan profit. 
  • Sebagai pelaku usaha, sebenarnya resiko finansial kita justru meningkat. Secara pribadi kita harus punya setidaknya asuransi jiwa (terutama bagi yang punya tanggungan), kesehatan, disability serta asuransi untuk rumah dan mobil. Sebagai pelaku usaha, selain resiko pribadi ada resiko tambahan yang timbul termasuk disability dari tim inti, gangguan terhadap bisnis akibat bencana hingga tuntutan hukum karena kelalaian. Pastikan kita punya manajemen resiko yang baik, ya.
  • Para pelaku usaha kecil yang saya temui cenderung menjadikan bisnis mereka sebagai investasi utama dan satu-satunya. Ketika ada pendapatan lebih, uang akan ditanamkan kembali ke dalam bisnis yang dijalankan. Idealnya, apapun kegiatan yang kita lakukan, perencanaan investasi tetap harus terdiversifikasi. Seorang pelaku usaha justru harus lebih berhati-hati dalam memilih jenis aset dan investasi agar dapat mengimbangi risiko terkonsentrasi dari bisnis yang dimiliki. 
Untuk yang ingin memiliki usaha tetapi tidak yakin memiliki kemampuan, tidak ada salahnya menjadi investor dulu dan biarkan orang lain yang menjalankan bisnisnya. Saya pribadi selalu tertarik untuk memberikan modal kepada peternak untuk membeli bibit sapi. Tentunya peternak tersebut yang akan memelihara dan membesarkan sapi hingga siap dijual. Cara cerdas untuk belajar berbisnis agribisnis, ya..


Happy Planning.. :)
MoneyGeulis